Sunday 17 May 2015

Akhirnya sampai juga pada saat yang berbahagia, menghantarkan tulisan ini ke pintu gerbang dunia maya. yang dapat dilihat dan dibaca oleh siapapun. Hal-hal yang berhubungan dengan titrasi penetralan akan segera diketahui setelah membaca tulisan ini.


Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Larutan standar biasanya ditambahkan dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik-akhir teoritis (atau titik-titik akhir stoikiometri). Lazimnya titrasi harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah-lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah perubahan warna atau pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlihat, akan terjadi bersamaan dengan titik akhir stoikiometri atau teoritis. Namun, dalam praktek biasanya akan terjadi perbedaan berupa ketidaktepatan atau kesalahan (error) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih sedemikian rupa, sehingga perbedaan antara titik akhir dan titik ekuivalen adalah kecil.
DISKUSI
Dari hasil praktikum ada beberapa hal yang dapat kami diskusikan diantaranya sebagai berikut:
  1. Untuk menentukan titik akhir suatu titrasi yaitu pada saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda harus dilakukan dengan teliti, adanya perubahan sedikit saja titrasi harus dihentikan, kelebihan larutan HCl membuat larutan dalam erlenmenyer menjadi sangat merah, maka sangat mempengaruhi hasil dari perhitungan untuk menentukan nilai normalitasnya. Paling tidak akhir titrasi tidak jauh berbeda titik ekivalennya, karena keterbatasan indera manusia kemungkinannya titik titrasi tidak tepat sama dengan titik ekivalennya.
  1. Pada saat standarisasi HCl diperoleh volume yang digunakan tidak jauh berbeda saat standarisasi titik akhir dan ekivalennya. Sehingga diperoleh normalitas HCl yang tidak jauh berbeda dengan teori. Pada saat aplikasinya kita menggunakan massa pupuk ZA yang berbeda-beda sehingga kita agak sulit dalam menentukan volume titrasinya. Hasil yang kami peroleh kurang memuaskan. Dan pada saat titrasi kami agak kelebihan larutan HCl sehingga warnannya agak merah.
  1. Dalam percobaan aplikasi penentuan kadar NH3 dalam pupuk ZA, diperoleh volume HCl yang terlalu tinggi pada percobaan pertama, hal itu disebabkan karena pada saat pemanasan, NH3 tidak sempurna menguap ke udara sehingga masih tersisa NH3 dalam larutan. Hai itu menyebabkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi lebih banyak dari seharusnya untuk mencapai titik akhir titrasi. Hal tersebut dapat dibenahi dalam percobaan ke-2 dan ke-3 dengan volume HCl yang tidak terlampau banyak atau dengan kata lain tidak terlalu jauh perbedaan antra titik ekivalen dengan titik akhir titrasi.

Demikian hasil diskusi tentang praktikum titrasi, semoga ada manfaat yang bisa di ambil dari tulisan ini.

0 comments:

Post a Comment