Wednesday 28 March 2018

Namaku Tomy M,  aku baru masuk di Madrasah Tsanawiyah tahun 2003, disitulah aku mengenal panggilan baru untukku yaitu Tomy, karena sebelumnya panggilanku bukan seperti itu. Sama halnya seperti murid-murid yang lain, hari-hari pertama aku disekolah diselingi dengan perkenalan disana-sini. Sampai suatu saat terbesit niatku untuk menanyakan seorang teman cewek di kelasku. Akan tetapi aku tidak tahu harus mulai darimana,  karena memang dia benar-benar teman baru bagiku. Di Madrasah Ibtidaiyah pun aku tidak pernah kenal dengan dia,  memang karena aku tidak satu sekolahan dengan dia. Akhirnya aku coba mengamati saja kesehariannya dan ternyata dia memiliki teman dekat cewek,  masalah pun bertambah karena aku tidak tahu siapa nama teman dekatnya itu. Maklumlah karena memang masih murid baru.
Sebagaimana anak sekolahan,  aku berangkat ke sekolah dengan angan-angan untuk mendapatkan nama teman dekatnya. Akhirnya,  yang kulakukan di hari berikutnya adalah mencari nama teman ceweknya itu (pada akhirnya anak ini lah yang membuat cerita ini berlanjut dan tertulis seperti ini). Aku buka buku absensi siswa yang isinya semua nama siswa di kelasku.  Celakanya aku pun bingung mana nama anak yang aku maksud itu.  Cara pertama yang aku lakukan masih belum membuahkan hasil. Tapi aku tidak menyerah begitu saja,  kemudian aku berpikir lagi bagaimana caranya aku tahu nama anak cewek yang aku maksud itu. Masak aku minta tolong tidak tahu nama anaknya? Pikirku dalam hati.

Di hari berikutnya lagi akhirnya aku punya ide  untuk mendapatkan nama anak cewek itu. Aku perhatikan benar-benar ketika guru yang baru masuk, pasti beliau mengabsen satu persatu siswa yang ada di kelasku.  Setiap guruku memanggil nama cewek,  aku perhatikan siapa yang angkat tangan dan aku liat wajahnya dari kejauhan.

Sampai pada panggilan di huruf depan N inilah anak cewek yang aku maksud angkat tangan dan aku tahu wajahnya. Beserta senyum keriangan dari dirinya. Iya namanya adalah Anggi (Abjad N adalah nama lengkapnya).  Aku tidak tahu siapa dia,  darimana dia berasal, dimana rumahnya karena itu tidak penting bagiku saat itu.  Ya, kepentinganku adalah mendapatkan kontak atau nomor telepon rumah teman dekatnya.

Sampai suatu hari akhirnya aku punya kesempatan untuk bertegur sapa dengan dirinya. Hai Anggi,  panggilku saat itu. Dengan senyuman ramahnya dia pun merespon kembali sapaanku.  Dan aku pun dibikin kikuk dengan responnya sampai aku lupa apa tujuanku. Akhirnya yang aku tanyakan adalah tentang dirinya dan nomor telepon rumahnya (tolong dikoreksi apa aku sudah salah ingatan tentang kamu, apakah punya nomor telpon rumah saat itu atau tidak). Yang jelas aku sempat menulis nomor telepon rumah di sebuah buku telepon kecil yg saat itu memang lagi ngetren-ngetrennya.

Walaupun begitu, selama tiga tahun aku berteman dan sekelas dengan dirinya,  aku tidak banyak tahu tentangnya,  entah karena aku yang pemalu atau memang aku yang tidak memiliki keberanian untuk lebih dekat dan tahu lebih banyak tentang dirinya. Aku melihat dia begitu periang,  begitu gaul disaat itu,  begitu senang dengan teman-temannya,  sehingga aku pun cuma bisa melihat dari jauh aktivitas kesehariannya.  Walaupun aku sebenarnya punya rasa dengannya, entah banyak atau sedikit tapi aku suka dengan tipe cewek sperti itu.

Hari,  Bulan,  dan tahun pun berganti sebagaimana roda terus berputar,  kanangan-kenangan yang pernah ada pun memudar seiring masa yang terus berganti.  Tapi dia lah yang tetap memainkan peran utama dalam cerita ini.

Waktu kelulusan pun telah tiba,  perpisahan pun harus terjadi tanpa ada kesan atau pun pesan darinya maupun dari ku. Aku melanjutkan ke Madrasah Aliyah yang sama dengan Madrasah Tsanawiyahku dulu.  Sedangkan dia, aku dengar melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri.

Semenjak itu,  aku putus kontak dengannya. Memang benar selama tiga tahun aku sekelas dengannya aku tahu dimana rumahnya, aku tahu dimana sekolahnya yang sekarang,  tapi apa yang aku bisa lakukan untuknya? Sedang dia pun juga tidak tahu aku punya rasa dengan dirinya.  Seharusnya cerita ini bisa lebih panjang dari yang sekarang,  andaikata aku bisa lebih perasa dan berani saat itu.

Aku pun tidak tahu bakal dapat menulis cerita ini di tahun 2018. Genap 15 tahun yang lalu cerita ini dimulai dan berjalan. Tapi mungkin ada satu kesempatan dimana dia mau melengkapi cerita ini dari sisinya. Dengan sudut pandang yang berbeda,  aku berharap serpihan-serpihan ingatan tentang diriku mungkin saja mampu dia smpaikan dalam tulisan selanjutnya.

Hari-hari ku pun berjalan seperti biasanya, kadang aku sedikit mendengar kabar tentang dirinya. Akan tetapi itu pun tidak begitu detail tentang dirinya,  hanya seputar kabar-kabar biasa,  sehingga membuat kabar itu tak begitu berarti untukku.  Tahun 2007 aku lulus dari Madrasah Aliyah,  begitu pun dia.  Aku dengar dia sudah bekerja selepas lulus dari MAN. Sedangkan aku masih harus berusaha untuk dapat kuliah di perguruan tinggi negeri dan aku bersyukur ditahun kedua seleksi nasional aku berhasil masuk di salah satu Universitas Negeri di Surabaya.  Aku menempuh studiku disana selama 3,5 tahun atau 7 semester.

Dipeghujung semesterku aku terhentak dengan datangnya berita bahwa dia akan menikah. Begitu cepat dunia ini berubah dan berjalan.  Aku tidak tahu sperti apa dia, apa yang sudah dia lalui di MAN,  ketika bekerja sampai dia memutuskan untuk menikah. Sampai-sampai saat dia menikahpun aku tidak bisa hadir, karena saat itu aku ada tugas dari dosen untuk pergi ke Tanggerang,  kota yang lumayan jauh untuk ditempuh saat itu dengan kereta api. Aku pikir dia sudah mendapatkan kebahagiaannya saat itu dan aku pun merasa sudah tidak ada lagi waktu atau kesempatan untuk berbagi cerita tentang apa yang pernah aku rasakan. Padahal,  aku sangat ingin dia tahu bahwa dulu aku pernah punya rasa dengan dirinya,  walaupun aku tahu hal itu tak akan berbalas.

Bagiku tidak ada hal yg lebih menyedihkan daripada menyimpan sesuatu yang seharusnya aku sampaikan,  akan tetapi tidak aku sampaikan dan pada akhirnya hanya tinggal penyesalan.  Saat itu aku tidak berpikir sejauh itu, tapi lambat laun akhirnya penyesalan itu datang juga dan mengawali kisah di masa yang akan datang.

Dulu aku tidak tahu siapa dia  dan sekarang pun aku tidak banyak tahu tentang dia. Selang 15 tahun berlalu dan aku pun telah menyelesaikan studi masterku di Surabaya.  Akhirnya ada satu pesan masuk untukku bahwa aku tergabung dalam group WA Madrasah Tsanawiyah. Bersamaan dengan itu, ada private messege yang masuk ke WA ku, menyapa dengan pertanyaan "ini tomy?" betapa bahagianya hatiku bahwa yg PM aku adalah dia. Iya dia adalah Anggi, tidak berubah dengan sifatnya yang aku kenal dulu.

Inilah perjalanan hidup, aku tidak menyangka bisa berkomunikasi lagi dengan dia. Puluhan tahun tanpa kontak akhirnya dapat kembali bertegur sapa. Ini adalah masa baru bagiku, tapi aku tidak tahu baginya?

Aku sekarang tahu dia sudah berkeluarga dan memiliki 1 putri cantik yang bernama mira. Sudah aku tulis di atas aku tidak mau menyesal untuk kali kedua. Walaupun aku tahu posisinya dan posisiku aku tetap sampaikan lewat chat bahwa aku dulu sperti ini dan itu kepada dia. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan ketika aku menyampaikan hal itu.

Harapanku dia bisa melengkapi cerita ini dari sisinya. Semakin lama komunikasiku semkin intens dengan dirinya.  Sampai-sampai rasa kehilangan pun menyelimuti hati kami dikala tidak ada kabar dariku ataupun darinya. Silahkan diartikan sendiri-sendiri apa artinya itu. Pertemuan pertama, kedua, dan selanjutnya menjadi rangakaian cerita di masa depan dan sekarang masih berjalan.

Hari demi hari aku lewati tanpa melewatkan saling berkabar di antara kami. Aku tidak tahu rasa apa yang ada dihatiku atau hatinya, tapi ada sesuatu yang membuatku terpaut dengannya. Sedangkan dia entah tarpaut sepertiku atau tidak.

Singkat cerita, kami bercerita panjang lebar tentang banyak hal selama 15 tahun tanpa komunikasi langsung. Dan sampai malam ini aku bisa menuliskan: dulu aku tidk tahu banyak tentang dirinya, begitupun yang sekarang. Aku hanya seberkas cahaya yang mungkin dengan cepat terbias oleh percikan air hujan. Aku sadar, banyak yang berubah selama 15 tahun tanpa aku ketahui apa saja yang telah ia lalui. Akankah cerita ini menjadi catatan Indah?

Bersambung....

1 comment: