Ulasan berikut ini merupakan tanggapan atas masalah yang dihadapi oleh teman saya ketika melakukan penelitian yang berhubungan dengan polimer poliamida. Penelitian tentang polimer sudah berkembang jauh saat ini, ditambah lagi dengan kemajuan di bidang teknologi. Poliamida merupakan suatu polimer yang terbentuk dari monomer-monomer amida atau molekul yang mengandung atom Nitrogen (N).
Polyamide (Poliamida) adalah polimer yang terdiri dari
monomer amida yang tergabung dengan ikatan peptida. Poliamida dapat
terbentuk secara alami ataupun buatan. Salah satu bentuk poliamida alami
yaitu protein, seperti wol dan sutra. Poliamida dapat dibuat secara
artifisial melalui polimerisasi atau sintesis (fase padat). Contoh
poliamida buatan diantaranya nilon, aramid dan sodium poly(aspartat).
Poliamida biasanya digunakan dalam industri tekstil, otomotif, karpet
dan pakaian olahraga karena memiliki sifat kuat dan daya tahan yang
ekstrim.
Ikatan amida dihasilkan dari reaksi kondensasi gugus amino dan asam
karboksilat atau gugus asam klorida. Suatu molekul kecil, biasanya air
atau hidrogen klorida dieliminasi. Kelompok amino dan kelompok asam
karboksilat bisa berada pada monomer yang sama, atau polimer dapat
dibentuk dari dua monomer bifungsional yang berbeda. Satu dengan dua
gugus amino, dan yang lain dengan dua asam karboksilat atau gugus asam
klorida. Asam amino dapat diambil dari monomer tunggal (jika perbedaan
antara kelompok R diabaikan) bereaksi dengan molekul identik untuk
membentuk poliamida. Persamaan reaksinya dapat terlihat pada gambar
beriku:
Pembentukan poliamida dari gugus monomer juga dapat terlihat pada pembuatan aramid (aromatic polyamide) sebagai berikut:
https://ahmadrifqi01.wordpress.com/
Poliamida
dengan struktur aromatik heterosiklik memainkan peranan penting dalam
perkembangan kemajuan teknologi karena poliamida dengan aromatik heterosiklik
memilki karakteristik termal yang bagus dan stabilitas termooksidatif yang
baik, sifat mekanik dan elektrik yang menarik, sehingga mereka telah diterapkan
pada lem, matrik komposit, serat, film, busa, material mikroelektronik serta
yang lainnya. Namun, aplikasi mendatang dari poliamida sering terbatas oleh
kelarutan yang rendah dan interaksi yang kuat terhadap rantai yang lain.
Berdasarkan keterbatasan tersebut, beberapa usaha sintesis difokuskan untuk
meningkatkan kelarutannya dalam pelarut organik tanpa mengurangi sifat yang
baik, terutama saat ini berfokus pada desain dan sintesis dari monomer baru
yang akan menjadi salah satu pendekatan untuk meningkatkan pemrosesan dan kelarutan
dari poliamida. Piridin adalah suatu molekul heteroaromatik dengan kekakuan dan
polaribilitas.Jenis baru dari diamina heteroaromatik, dianhidrada atau monomer
lain membangun unit piridin telah didesain dan disintesis, dan polimer
heteroaromatik yang baru dengan termostabilitas dan kemampuan pemrosesan yang
bagus telah dihasilkan yang diturunkan dari monomer yang mengendung struktur
inti piridin pada saat yang sama. Pertimbangan kekakuan berdasarkan pada
kesimetrisan dan kearomatikan cincin piridin akan berkontribusi untuk
stabilitas termal, stabilitas kimia, sifat ketahanan mekanik dari polimer yang dihasilkan pada suhu yang
tinggi, seperti halnya polarisabilitas yang dihasilkan dari atom nitrogen dalam
cincin piridin dapat berlanjut untuk meningkatkan kelarutan mereka dalam
pelarut organik, Poliamida dengan kestabilan suhu dan kemampuan pemrosesan yang
baik telah dipersiapkan dengan polikondensasi 2,6-bis(3-aminobenzoil)piridin
dengan beberapa monomer aromatik dianhidrat.
Metode ini merupakan terjemahan dari beberapa
jurnal dengan metode yang hampir sama. Pada tahap pertama 60
mL benzena, 48 mL (0,32 mol) fenil etil eter dan 64 g (0,48 mol) aluminium
klorida anhidrat diletakkan ke dalam suatu labu leher tiga 250 mL dilengkapi
dengan stirer mekanik, termometer dan kondensor, menghasilkan suatu campuran
dengan stirring, kemudian 32 g (0,15 mol) 2,6-piridindikarboksil klorida
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam labu leher tiga selama penambahan
suhu dipertahankan pada 10-12 oC. Setelah penambahan selesai, reaksi
akan dilanjutkan pada 12 oC selama 4 jam, kemudian campuran secara
berlahan dipanaskan sampai 40 oC dan dijaga pada pada suhu tersebut
selama 2 jam, pada akhirnya, campuran reaksi didinginkan dan diendapkan ke
dalam 500 mL larutan air dari asam hidroklorit (5%), beberapa padatan putih
muncul, disaring, dicuci dengan etanol, produk kasar yang dihasilkan
direkristalisasi dari metanol untuk mendapatkan
2,6-bis(4,4'-dihidroksibenzoil)piridin (BHBP), yang dihasilkan sekitar 81%,
dengan titik leleh 278 - 280 oC.
Pada tahap ke dua sebuah labu laher dua atau tiga 250 mL
yang dilengkapi dengan magnetic stirrer, tabung saluran gas nitrogen, dan
kalsium klorida kering diisi dengan 0,03 mol (3,375 g) 2,6-diamino pyridine dan
90 mL N-Methyl-2-pyrrolidone (NMP). Campuran diaduk pada suhu 0oC
selama 0,5 jam. Kemudian sekitar 43 mL Propilena Oksida dan 0,07 mol (13,635)
4-nitrobenzoil klorida ditambahkan dan campuran diaduk pada suhu 0oC
selama 50 menit atau 30 menit. Suhu dinaikkan sampai suhu kamar dan larutan
diaduk selama 20 jam. 2,6-bis(4-nitro-benzamido)pyridine diendapkan dengan
dituangkan isi labu ke dalam air dan methanol (volume sabanding) secara
berturut-turut, dan dikeringkan semalaman dibawa kondisi vakum pada 50oC.
Kemudian didapatkan padatan kekuning-kuningan diendapkan. Setelah penyaringan,
residu reaktan dan Kalium karbonat dihilangkan dari padatan oleh pencucian
dengan air, metanol, dan etanol secara berurutan. Pada akhirnya,
2,6-bis(4-nitrophenoxy-4'-benzoyl)pyridine (BNBP) dengan padatan dikumpulkan
dan dikeringkan pada 100 oC selama 12 jam. BNBP kasar dimurnikan
dengan rekristalisasi dari aseton untuk menghasilkan 85% suatu bubuk putih,
dengan melting point 196 - 198 oC.(Hasil = 88,6%). Aromatik
diamin yang mengandung piridin seperti
2,6-bis(4-aminofenoksi-4'-dihidroksibenzoil)piridin (BNBP). BNBP memiliki
karakter FT-IR (IR): 3106, 3075 (C-H streching), 1659 (C=O stretching), 1582,
1345 (C-NO2 stretching), 1326 (C-N Stretching). (Zhang et al., Taremi et al.)
0 comments:
Post a Comment