Monday 18 May 2015

Ulasan berikut ini merupakan tanggapan atas masalah yang dihadapi oleh teman saya ketika melakukan penelitian yang berhubungan dengan polimer poliamida. Penelitian tentang polimer sudah berkembang jauh saat ini, ditambah lagi dengan kemajuan di bidang teknologi. Poliamida merupakan suatu polimer yang terbentuk dari monomer-monomer amida atau molekul yang mengandung atom Nitrogen (N).

Sunday 17 May 2015

Dalam campuran pasti ada proses penyaringan, sebelum melakukan praktikum adakalanya melaksanakan Pretest terlebih dahulu, setelah itu baru posttest, saya salah satu mahasisawa Universitas Negeri Surabaya (UNESA), saya mau membagi salah satu posttest tentang praktikum Kimia Dasar I yaitu, Penyaringan.
1. Jelaskan pengertian dari pemisahan kimia?
2. Sebutkan tujuan dari percobaan yang telah Anda lakukan! Berikan masing-masing contoh nama-nama pemisahannya?
3. Sebutkan nama-nama pemisahan dari percobaan 1 hingga 6!
4. Jelaskan fungsi penyaringan di percobaan 3! Berikan analisis Anda?
5. Mengapa air hasil dasn filtrat dijadikan satu pada percobaan 5? Berikan analisis Anda!
6. Jelaskan fungsi air pada percobaan 6! Berikan analisis Anda!
7. Berikan kesimpulan dari percobaan yang telah Anda lakukan!
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan di Laboratorium Kimia Dasar 1, tentang Reaksi-Reaksi Kimia, diketahui bahwa pada percobaan pertama yaitu 1ml HCl 0,05 M direaksikan dengan 1 ml NaOH 0,05 M menghasilkan larutan yang berwarna merah, dengan reaksi sebagai berikut:

HCl + NaOH  NaCl + H2O (berwarna merah)
itu disebabkan karena kami mencampurkan larutan NaOH ke dalam tabung reaksi yang berisi HCl, menurut teori, reaksi dari HCl (asam kuat) dengan NaOH (basa kuat) menghasilkan lautan yang berwarna hijau atau netral. Dengan cara larutan HCl (tidak berwarna) ditambahkan Indikator Universal menjadi berwarna merah dimasukkan ke dalam tabung reaksi baru yang masih kosong, kemudian larutan NaOH (tidak berwarna) ditambahkan Indikator Universal menjadi berwarna ungu dimasukkan sehingga hasil yang didapat larutan netral berwarna hijau.

Dalam percobaan ke dua hasil yang didapat sesui dengan teori yaitu raksi antara 1ml CH3COOH 0,5M dengan + 1ml NaOH 0,05M menghasilkan larutan yang berwarna hijau atau netral. Dengan reaksi sebagai berikut:

CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O (berwarna hijau)

Dalam percobaan selanjutnya yaitu antara 0,2 gram serbuk CaCO3 dengan 3ml HCl 0,5M. kemudian ditutup dengan sumbat berpipa pengalir dan ujung pipa yang satunya dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi larutan Ba(OH)2 0,2M hasil yang didapat tidak sepenuhnya sesuai dengan teori. Menurut teori, karena hasil dari reaksi tersebut mengahasilkan gas CO2 maka tabung yang berisi larutan Ba(OH)2 0,2M (tidak berwarna) terjadi kekeruhan di dalam tabung, namun hal itu tidak terlihat secara jelas pada percobaan yang kami lakukan, hal tersebut terjadi karena terlambat menyumbat tabung yang telah berisi campuran 0,2 gram serbuk CaCO3 dengan 3ml HCl 0,5M dengan selotip, sehingga gas CO2 yang dihasilkan telah menyebar terlebih dahulu, sisanya (sedikit gas CO2 ) yang berhasil mengalir ke tabung yang berisi larutan Ba(OH)2 0,2M. Dari percobaan tersebut dapat ditulis persamaan reaksinya sebagai berikut :

0,2 gram serbuk CaCO3 + 2 HCl  CaCl2 + H2O + CO2

Demikian, hasil dari diskusi yang kami lakukan tentang reaksi-reaksi kimia pada materi kimia dasar I. hasil diskusi yang kami lakukan berdasarkan dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dipadukan dengan hasil teori yang terdapat dalam literatur-literatur tantang reaksi-reaksi kimia, ketidakcocokan yang terjadi bisa menjadi pengalaman yang berarti bagi kami, sehingga dipercobaan yang akan datang bisa menjadi lebih baik lagi.
Hai teman-teman ini ada sebagian materi Biologi Umum dari Ibu Herlina, ceritanya kayak gini :
EKOSISTEM
Dalam ekosistem terjadi interaksi antara komponen-komponen penyusunnya sehingga terbentuk suatu satuan fungsional dan di dalamnya terdapat makhluk autotrof dan heterotrof.

LINGKUNGAN HIDUP
Makhluk hidup memerlukan lingkungan untuk hidupnya. Makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup tersebut.
Lingkungan tempat hidup makhluk hidup tersebar di seluruh muka bumi. Bagian bumi dan atmosfer yang meliputi darat, air, dan udara tempat hidup organisme disebut biosfer

Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya disebut habitat.
SATUAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM
Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi, komunitas, dan ekosistem.

Individu
Individu adalah satuan makhluk hidup tunggal.
contoh
Satu ekor ikan atau satu ekor penyu disebut individu. Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu.

 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu.
contoh
Ikan yang hidup di kolam jumlahnya lebih dari satu.

Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi adalah banyaknya individu sejenis dalam setiap satuan luas daerah tertentu.

Perubahan Populasi
Kepadatan populasi dalam suatu ekosistem dapat berubah. Perubahan kepadatan populasi dapat disebabkan oleh faktor kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), perpindahan (emigrasi), dan kedatangan (imigrasi).

Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada suatu daerah tertentu. Komunitas terdiri dari bermacam-macam populasi. Setiap populasi terdiri dari sejumlah individu.


Misalnya populasi ikan mas, populasi ikan mujair, populasi eceng gondok, populasi teratai, dan populasi Hydrilla di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara anggota komunitas ini terjadi hubungan timbal balik

Ekosistem
Dalam suatu habitat, selain terdapat berbagai jenis makhluk hidup (komunitas) terdapat juga benda-benda seperti air, tanah, pasir, cahaya, matahari, dan udara. Di antara anggota komunitas dan enda-benda tersebut terjadi hubungan yang saling mempengaruhi.
Kesatuan ini membentuk sistem ekologi atau disebut ekosistem . Di dalam biosfer terdapat satuan makhluk hidup.

Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik.
KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM
Ekosistem terdiri dari komponen penyusunnya yang berupa produsen, konsumen, pengurai, dan benda-benda. Dalam suatu ekosistem terdapat dua penyusun (komponen) sebagai berikut.

Makhluk hidup meliputi tumbuhan, manusia, dan hewan lain. Komponen ini disebut komponen biotik.
Benda meliputi tanah, air, batu, udara, suhu, kelembapan, dan gaya tarik bumi. Kompenen ini merupakan komponen abiotik.Stop dulu yach!!!
Analisis kualitatif kation dan anion merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif digunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.


Pada analisis kation, suatu sampel yang berwarna hijau dapat diambil kesimpulan sementara adalah senyawa NiCl. Hal tersebut didapat dari pengetahuan yang diberikan pada waktu pengenalan suatu larutan analit-analit atau sampel dan pengamatannya di Laboratorium.

Langkah kedua, sampel yang kami dapat diambil sedikit dan digunakan untuk uji kation. Sampel yang telah diambil tadi kemudian ditambahkan HCl 6M sebanyak 3-4 tetes ke dalam tabung reaksi untuk uji golongan I. kemudian larutan tersebut disentrifuge, namun tidak terdapat endapan larutan tersebut, Sehingga analit tersebut bukan merupakan golongan I. Langkah selanjutnya menguji golongan II,III,IV, V dengan menambahkan 4 tetes H2O2 3 %, [H+] diatur 0,3 M dan didapat pH 0,5 dengan cara :
pH = - log [M]
pH = - log 0,3
pH = – log 3 . 10-1
pH = 0,5
........

analisis anion dari sampel yang diperoleh diatas digunakan untuk identifikasi ion klorida, Cl- dengan penambahan AgNO3. Akan terjadi endapan putih yaitu perak klorida larutan ini tidak larut dalam air dan asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan ammonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat.
Reaksinya dibawah ini:
Cl- + Ag+ AgCl ↓
AgCl ↓ + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-
[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ AgCl ↓ + 2NH4+

Endapan AgCl yang berwarna putih tersebut membuktikan bahwa analit yang kami dapatkan mengandung anion Cl-.
Waduh,...untuk titrasi yang jenis ini memang mengesalkan, gue aja sampe bingung mikirin analisisnya sulit banget....tapi yang penting dah selesai. gini ceritanya
 
Dasar reaksi oksidimetri ialah reaksi oksidasi-reduksi antara zat penitrasi dan yang dititrasi. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. kemudian diskusi deh:
 
Dalam standarisasi larutan KMnO4 terdapat beberapa kesulitan diantaranya pada waktu titik ekivalen yang sering membuat kami gelisah, khawatir ketika terjadi kelebihan KMnO4 pada waktu titrasi, namun sempat satu kali kami kelebihan batas, tapi tidak sampai terlalu jauh. Pada waktu titrasi penentuan jumlah air Kristal dalam H2C2O4.XH2O, suhu yang kami dapatkan lebih dari 70 0C, sehingga larutan cepat bereaksi, pada akhirnya titik ekivalen warna larutan menunjukkan kelebihan KMnO4 yaitu warna merah muda +.
Tiba saatnya, akhirnya sampai juga pada penghujung praktikum meskipun masih kurang satu upload lagi.heee...he..he,

EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan sebuah ion logam melalui gugus dua nitrogen dan empat karboksilnya. Dalam kasus lainnya, EDTA dapat bertindak sebagai ligan kuinkedentat atau kuadridentat dengan satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi kuat dengan logam.

Untuk mudahnya, bentuk asam bebas dari EDTA sering disingkat H4Y. Kompleks kobalt yang tergambar di atas selanjutnya ditulis CoY2-, dan kompleks-kompleks lainnya menjadi CuY2-, FeY-, CaY2-, dan seterusnya. Dalam larutan yang bersifat cukup asam, protonisasi sebagian EDTA tanpa perpecahan total kompleks logam dapat terjadi, mengarah ke spesies seperti CuHY-, namun dalam kondisi yang umum keempat hidrogen lenyap ketika ligan dikoordinasikan dengan sebuah ion logam.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan CaCO3sebagai baku, CaCO3 ditimbang 0,0825 gram, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah air ± 20 mL serta ditambah larutan HCl 6 M tetes demi tetes sampai gelegak gas (gelembung gas) tidak terlihat dengan reaksi yang terjadi:
CaCO3 (s) + 2 HCl (l) → CaCl2 (l) + H2O (l) + CO2 (g)
Dengan penambahan HCl terjadi penguraian gas yang disebabkan oleh CO2 terlepas ke udara sehingga gelegak gas berhenti. Setelah itu, ditambahkan air sampai tanda batas. Kemudian, larutan tersebut dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL ditambah dengan 1 mL larutan buffer (NH3) pH 10 berupa larutan tak berwarna dan 3 tetes indikator EBT dengan warna ungu tua sehingga larutan berwarna merah anggur. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan Na-EDTA, titrasi dihentikan pada saat titik akhir titrasi yaitu pada saat larutan berubah warna menjadi biru dengan reaksi yang terjadi:
Ca2+ + Y4- → CaY2-
Dari titrasi tersebut diperoleh volume Na-EDTA yang dibutuhkan dalam percobaan yang dilakukan sebanyak 3 kali. Dengan menggunakan persamaan MCaCO3 . VCaCO3 = MEDTA. VEDTA, diperoleh besar konsentrasi Na-EDTA pada setiap percobaan berturut-turut sebesar 1). 0,0133 M; 2). 0,0135 M; dan 3). 0,0135 M. Sehingga konsentrasi rata-rata larutan Na-EDTA sebesar 0,0134 M.
Pada penentuan kesadahan total air isi ulang, 10 mL air isi ulang dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, kemudian ditambah dengan 1 mL larutan buffer (NH3) pH 10 berupa larutan tak berwarna dan 3 tetes indikator EBT dengan warna ungu tua sehingga larutan berwarna merah anggur. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan Na-EDTA yang sudah distandarisasi sampai larutan berubah warna menjadi biru. Perubahan warna menjadi biru adalah titik akhir titrasi. Sehingga diperoleh volume Na-EDTA yang dibutuhkan pada saat titrasi dalam percobaan yang dilakukan sebanyak 3 kali. Dengan menggunakan persamaan mmol sampel = mmol EDTA diperoleh mmol sample air isi ulang yang digunakan untuk menentukan massa Ca2+. Massa Ca2+ yang diperoleh digunakan untuk menentukan kesadahan air isi ulang dengan persamaan kesadahan air isi ulang = massa Ca2+ (gram) / volume air isi ulang (liter). Sehingga diperoleh besar kesadahan air isi ulang pada setiap percobaan berturut-turut sebesar 1). 0,114 gr/l; 2). 0,094 gr/l; dan 3). 0,101 gr/l dan diperoleh kesadahan rata-rata air isi ulang sebesar 0,103 gr/l.
DISKUSI
Dalam melakukan percobaan baik penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan CaCO3 sebagai baku maupun penentuan kesadahan total air isi ulang, kami kesulitan menentukan titik akhir titrasi karena kelebihan titran sehingga mengakibatkan analit yang diperoleh berwarna biru (++) yang seharusnya warna yang diperoleh adalah biru (+).
Akhirnya sampai juga pada saat yang berbahagia, menghantarkan tulisan ini ke pintu gerbang dunia maya. yang dapat dilihat dan dibaca oleh siapapun. Hal-hal yang berhubungan dengan titrasi penetralan akan segera diketahui setelah membaca tulisan ini.


Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Larutan standar biasanya ditambahkan dalam sebuah buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi, dan zat yang akan ditetapkan, dititrasi. Titik saat reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik-akhir teoritis (atau titik-titik akhir stoikiometri). Lazimnya titrasi harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah-lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar itu sendiri atau lebih lazim lagi oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal indikator. Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus memberi perubahan visual yang jelas (entah perubahan warna atau pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlihat, akan terjadi bersamaan dengan titik akhir stoikiometri atau teoritis. Namun, dalam praktek biasanya akan terjadi perbedaan berupa ketidaktepatan atau kesalahan (error) titrasi. Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilih sedemikian rupa, sehingga perbedaan antara titik akhir dan titik ekuivalen adalah kecil.
DISKUSI
Dari hasil praktikum ada beberapa hal yang dapat kami diskusikan diantaranya sebagai berikut:
  1. Untuk menentukan titik akhir suatu titrasi yaitu pada saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda harus dilakukan dengan teliti, adanya perubahan sedikit saja titrasi harus dihentikan, kelebihan larutan HCl membuat larutan dalam erlenmenyer menjadi sangat merah, maka sangat mempengaruhi hasil dari perhitungan untuk menentukan nilai normalitasnya. Paling tidak akhir titrasi tidak jauh berbeda titik ekivalennya, karena keterbatasan indera manusia kemungkinannya titik titrasi tidak tepat sama dengan titik ekivalennya.
  1. Pada saat standarisasi HCl diperoleh volume yang digunakan tidak jauh berbeda saat standarisasi titik akhir dan ekivalennya. Sehingga diperoleh normalitas HCl yang tidak jauh berbeda dengan teori. Pada saat aplikasinya kita menggunakan massa pupuk ZA yang berbeda-beda sehingga kita agak sulit dalam menentukan volume titrasinya. Hasil yang kami peroleh kurang memuaskan. Dan pada saat titrasi kami agak kelebihan larutan HCl sehingga warnannya agak merah.
  1. Dalam percobaan aplikasi penentuan kadar NH3 dalam pupuk ZA, diperoleh volume HCl yang terlalu tinggi pada percobaan pertama, hal itu disebabkan karena pada saat pemanasan, NH3 tidak sempurna menguap ke udara sehingga masih tersisa NH3 dalam larutan. Hai itu menyebabkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi lebih banyak dari seharusnya untuk mencapai titik akhir titrasi. Hal tersebut dapat dibenahi dalam percobaan ke-2 dan ke-3 dengan volume HCl yang tidak terlampau banyak atau dengan kata lain tidak terlalu jauh perbedaan antra titik ekivalen dengan titik akhir titrasi.

Demikian hasil diskusi tentang praktikum titrasi, semoga ada manfaat yang bisa di ambil dari tulisan ini.